Bahlil: Lifting Minyak RI Turun, Ada Unsur Kesengajaan?

Admin

27/05/2025

2
Min Read

On This Post

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti penurunan *lifting* minyak Indonesia yang menurutnya disebabkan oleh faktor kesengajaan. Hal ini, lanjutnya, mengakibatkan Indonesia terus bergantung pada impor minyak.

Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia pernah disegani di kancah internasional, terutama karena perannya sebagai salah satu negara pendiri Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Pada periode 1996-1997, *lifting* minyak Indonesia mencapai angka yang mengesankan, yaitu 1,5 juta hingga 1,6 juta barel per hari.

Pada masa itu, konsumsi minyak domestik hanya berkisar 500.000 barel per hari, sehingga Indonesia mampu mengekspor hingga 1 juta barel minyak setiap harinya.

"Negara kita sangat kuat pada masa itu, dan pendapatan negara kita, 40-48% berasal dari sektor migas. Ketika krisis ekonomi 1998 melanda, menurut pandangan saya, negara-negara di luar Indonesia merasa khawatir dan tidak nyaman melihat Indonesia menjadi negara yang hebat. Dahulu, saat saya masih kuliah, Indonesia digadang-gadang sebagai macan Asia," ujar Bahlil saat dijumpai di Kempinski, Jakarta, Senin (26/5/2025).

Krisis ekonomi tahun 1998, menurut Bahlil, memicu perubahan fundamental dalam regulasi, termasuk di sektor migas. Perubahan ini berdampak pada melemahnya sistem migas Indonesia, yang dampaknya masih terasa hingga saat ini.

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2024, *lifting* minyak Indonesia hanya mencapai 580 ribu barel per hari, sementara konsumsi minyak mencapai 1,6 juta barel per hari.

"Jadi, posisi tahun 1996-1997 sangat berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Pertanyaan yang muncul adalah, apa penyebab penurunan *lifting* tersebut? Apakah sumber daya alam kita sudah menipis? Atau masih ada potensi? Ataukah sengaja diturunkan agar impor terus berlanjut? Bapak-Ibu sekalian, saya katakan dengan jujur. Menurut saya, ada unsur kesengajaan yang terencana," tegasnya.

Menyikapi kondisi ini, Bahlil menyatakan komitmennya untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di sektor migas dengan memaksimalkan potensi sumur-sumur yang ada. Ia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 40 ribu sumur minyak. Upaya ini dilakukan untuk mencapai swasembada energi.

"Dan demi mengamankan amanat Presiden Prabowo, serta demi Ibu Pertiwi, saya tidak akan mundur sedikit pun dalam menghadapi orang-orang yang seperti ini," pungkasnya.